Mendaki gunung bukan berarti
menaklukan alam, tapi lebih utama adalah menaklukan diri sendiri dari keegoisan
pribadi.
Mendaki gunung adalah kebersamaan,
persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesame.
Di alam bebas adalah pembuktian diri
dari suatu pribadi yang egois dan manja, menjadi seorang yang mandiri dan
percaya pada kemampuan diri sendiri.
Ada banyak luka di tangan, ada
kelelahan di kaki, ada rasa haus yang menggayut di kerongkongan, ada tanjakan
yang seperti tak ada habis – habisnya. Namun semuanya itu menjadi tak sepadan
dan tak ada artinya sama sekali saat kaki menginjak ketinggian.
Lukisan kehidupan pagi Sang Maha
Pencipta di puncak gunung tidak bisa diucapkan oleh kata – kata. Semuanya cuma
tertoreh dalam jiwa, dalam hati. Usai menikmati sebuah perjuangan untuk
mengalahkan diri sendiri sekaligus menumbuhkan percaya diri, rasanya sedikit
mengangkat dagu masih sah – sah saja.
Menghargai hidup adalah salah satu hasil yang
diperoleh dalam mendaki gunung. Betapa hidup itu mahal. Betapa hidup itu
ternyata terdiri dari berbagai pilihan, di mana kita harus mampu memilihnya
meski dalam kondisi terdesak. Satu kali mendaki, satu kali pula kita menghargai
hidup. Dua kali mendaki, dua kali kita mampu menghargai hidup. Tiga kali, empat
kali, ratusan bahkan ribuan kali kita mendaki, maka sejumlah itu pula kita
menghargai hidup.
Kehidupan di
alam bebas tidak akan pernah terlepas dari berbagai macam tantangan namun perlu
disadari Tantangan terbesar bukan
berasal dari alam atau medannya, namun tantangan terbesar adalah mengendalikan
emosi saat berada di alam bebas.
Jangan katakana kamu adalah seorang
pemberani jika takut bergabung bersama petualangan kami.
Ada banyak hal yang bias kita
pelajari dari hidup di alam bebas, yang mungkin tak dimengerti oleh mereka yang
belum ikut langsung dalam perjalanan kita.
sebuah prinsip yang dipegang saat kita ke alam liar,
yaitu “Tidak MENINGGALKAN apapun kecuali JEJAK, Tidak MENGAMBIL apapun kecuali
FOTO/GAMBAR, dan Tidak MEMBUNUH apapun kecuali WAKTU”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar