Minggu, 23 Februari 2014

GUNUNG KELIMUTU


Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende.Gunung ini memiliki ketinggian 1.639 meter (5.377 kaki) terletak di Garis Lintang 8° 77′ LS dan Garis Bujur 121° 82′ BT.Gunung Kelimutu majuk dalam jenis gunung kompleks

Gunung Kelimutu memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu. Kelimutu merupakan gabungan kata dari “keli” yang berarti gunung dan kata “mutu” yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.

Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna – warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau “Tiwu Ata Polo” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau “Tiwu Ata Mbupu” merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal. Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.
Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional sejak 26 Februari 1992.
Jenis hutan di Puncak Danau Kelimutu :
• Hutan Dipterokarp Bukit adalah kawasan hutan yang terdapat di ketinggian antara 300 – 750 meter.
• Hutan Dipterokarp Bukit 300 – 750 meter
• Hutan Dipterokarp Atas ketinggian 750 – 1.200 meter
• Hutan Montane 1,200 – 1.500 meter
• Hutan Ericaceous > 1.500 meter
Beberapa flora yang dapat ditemui di sekitar danau antara lain Kesambi (Schleichera oleosa), Cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi Edelweiss. Sedangkan fauna yang ada di sekitar danau, antara lain Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Elang (Elanus sp.).
Bagi penikmat alam yang berada di luar Provinsi NTT dan ingin menikmati Keindahan Gunung Kelimutu bisa mengakses dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum berupa mini bus, menuju Desa Kaonara, yang berjarak 93 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Dari Desa Koanara menuju Puncak Gunung Kelimutu, berjalan sepanjang 2,5 km.
  



HARUS BUTUH PERJUANGAN UNTUK MELIHAT KEINDAHAN PANTAI KOKA,


 Pantai Koka adalah satu dari sekian banyak pantai yang  memiliki pemandangan indah dan terkenal sejak lama, berada dipesisir pantai selatan 48 kilometer dari Kota Maumere. Pantai Koka merupakan salah satu objek wisata yang terletak di desa (Mbengu) Wolowiro kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Maumere Flores NTT. Taman Wisata Alam dengan Panorama yang indah serta pasir pantainya yang putih membuat kawasan ini setiap hari minggu selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal yang tinggal disekitar wilayah perbatasan Kab. Sikka dan Kab. Ende. Pantai Koka, kaya akan sumber daya alamnya. Hamparan tepian yang amat landai dengan ombak laut yang kecil dan lembut menyapu di sepanjang pantai, dipadu pemandangan perbukitan yang kokoh serta menara batu “Nusa Toe”  berdiri menjulang sekitar 20 meter di laut dangkal, dari kejauhan menjadi suguhan ukiran alam yang indah dipandang mata. 

Namun sayang, jalan menuju ke Pantai Koka tidak terawat dan terkesan bukan sebagai Taman Wisata, masih tanah dan bebatuan, kurang lebih 2,5 meter dari jalan raya. Padahal seandainya saja akses jalan tersebut di perbaiki, tidak mustahil Pantai Koka akan menjadi salah satu daya tarik obyek wisata pantai di NTT dari sekian banyak taman wisata pantai di Maumere yang sangat indah dan menakjubkan.

Seharusnya sudah saatnya tempat ini dilengkap dengan fasilitas yang memadai agar wisatawan merasa kerasan dan nyaman berada ditempat ini. Hingga kini, pantai Koka masih menunjukan keindahan yang luar biasa, namun sayang, pantai ini terkesan tidak diperhatikan oleh Pemerintah daerah setempat. Mungkinkah kelak, Pemerintah akan menyadari nilai eksotika alam yang dimiliki pantai Koka ? Indahnya Pantai Koka yang saat ini sepertinya terlupakan, suatu saat nanti   akan menjadi  tujuan favorite obyek wisata alam di Nusa Tenggara Timur.    


Surga yang Terlupakan, GUNUNG INERE Bajawa, FLORES


  Menjelajahi daratan Flores kita tidak akan berhenti berdecak kagum dengan keindahan alamnya. Di setiap sisi hutan hijau dengan  ngarai dan bukit – bukit indah akan setia menemani setiap jengkal perjalanan kita. Bagi wisatawan dengan ketertarikan terhadap  wisata alam, pastinya tak ingin segera meninggalkan Flores.

Ada satu kota yang sering terlupakan oleh wisatwan, yaitu Bajawa sebuah kota yang masuk dalam kabupaten Ngada Dikenal dengan kota yang berada di dataran tinggi, penduduknya merupakan masyarakat yang sangat beruntung. Bagaimana tidak, Gunung Inerie berdiri tegak menjulang tinggi dan hadir diantara hutan

Gunung Inerie Terletak di Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, Pulau Flores Nusa Tenggara Timur. Gunung ini memiliki ketinggian 2.245 m di atas permukaan laut. Dari atas puncak gunung, tampak pemandangan kota Bajawa di barat laut ,Pemandangan Kota Bajawa , dengan kabut tipis di atasnya, tampak seperti kota-kota kecil dan tua di Eropa . sedangkan dibagian selatan, tampak birunya Laut Sawu yang  menempel dengan kaki Gunung Inerie.

Di sisi selatan puncak gunung terdapat sebuah batu besar yang diyakini masyarakat setempat sebagai penjelmaan dari sosok Jaramasi dan kuda tunggangannya.
Jaramasi adalah seorang ksatria penjaga Gunung Inerie. Nama Jaramasi diambil dari kata ‘jara’ artinya kuda dan ‘masi’ yang mengacu ke nama orang (laki-laki).

Bagian gunung yang berhutan lebat hanya terdapat di sebelah barat lereng gunung. Sedangkan hutan di lereng bagian selatan telah dikonversi menjadi daerah perkebunan. Sebagian besar hutan yang terdapat di dalam kawasan ini terletak pada ketinggian 1.000-1.500 meter dari permukaan laut.

Gunung ini ramai didaki ketika musim kemarau, yakni antara bulan Juni hingga AgustusDari Kupang, ibukota Propinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende, sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Bajawa yang berjarak sekitar 61 kilometer. Kemudian wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan angkutan sewaan menuju desa wisata, Bena, yang terletak 15 km sebelah selatan Bajawa. Inilah desa terakhir sebelum menuju puncak Gunung Inerie.
Di desa wisata Bena yang menjadi pintu gerbang menuju ke arah puncak Gunung Inerie, terdapat tempat penginapan seperti losmen dan warung makan




GUA KRISTAL


Hamparan bukit batu karang, Kota Kupang, Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ternyata menyimpan kawasan wisata yang menggiurkan. Gua Kristal yang terdapat di Kupang ini adalah sebuah gua yang gelap dan di dalamnya terdapat ribuan liter air yang “terjebak”. hehe.. Konon katanya penggunaan kata Kristal pada gua tersebut karena di dalam gua terdapat air yang sangat jernih dan ketika kena matahari dapat memantulkan cahaya kecil layaknya sebuah kristal

Gua Kristal ini berada di daerah Bolok, sekitar 20 km dari kota Kupang. Gua Kristal berada tidak jauh dari Kantor Polisi Perairan (Polair) Bolok. Butuh waktu sekitar setengah jam untuk tiba di daerah Bolok. Tak jarang bila anda  menanyakan kepada masyarakat setempat, lokasi dari Gua Kristal dan jawaban yang anda  peroleh adalah “tidak tahu”. Memang benarlah, belum banyak yang mengetahui obyek wisata yang satu ini. Tetapi untuk mempermudah anda bias menanyakan pada masyarakat sekitar telak kantor Polair (bila anda tak tau kantor Polair) Jika anda telah tiba di Kantor Polisi Perairan (Polair), Bertanyalah  kepada petugas yang ada disana mengenai lokasi Gua Kristal. Ternyata letaknya tidak jauh dari kantor tersebut, apabila Anda masuk dari pertigaan maka berhentilah sekitar 50 meter sebelum Kantor Polair. Gua Kristalnya berada di sebelah kiri jalan dan untuk mempermudah Anda, maka carilah bekas jejak kaki yang ada di daerah tersebut. Ikutilah jejak kaki tersebut, Anda akan dihadapkan dengan kondisi tanah yang gersang, berkarang dan semak – semak belukar hidup liar. Sekitar 100 meter dari jalan utama, maka Anda akan mencoba mencari-cari dimana Gua Kristal tersebut. Hal ini karena pintu masuknya yang tidak kelihatan, tujukan  mata kamu  pada sebuah tempat yang memiliki sebuah lubang yang tidak begitu besar. Masuk kedalamnya dan ternyata yang dicari-caripun sudah dihadapan mata.

 Masuk ke dalam gua yang sempit dan minim penerangan, ketika anda memasuki gua tersebut, maka bayang-bayang kengerian, horor, mistis, mungkin meyelimuti pikiran. Hal inilah yang mungkin membuat Gua Kristal ini kurang dikenal atau bahkan kurang diminati oleh masyarakat Kupang. Namun, bayang – bayang kengerian itu tidak kugubris,tetapi anda akan terpesona melihat ada air berwarna biru di bawah.

Gua Kristal memiliki kolam kecil, kalau mau berenang di kolam kecil tersebut, kita harus terlebih dahulu turun sejauh 10 meter melewati bebatuan licin dan kondisi gua yang gelap. Untuk itu kita harus dituntut lebih berhati-hati dan was-was, hal ini karena kita tidak tahu apa yang ada di dalam gua tersebut. Jangan lupa membawa alat penerangan.sebagai alat penunjang menuju kolam.

Memandang  ke arah kolam, airnya berwarna biru dan jernih, bahkan bebatuan yang berada di dalam airpun tampak jelas, semakin jelas saja penampakan di dalam air tersebut dan ternyata ada  lubang sempit didasarnya, selain itu bebatuan didalamnyapun terliat sangat jelas. berenang di kolam berukuran kurang lebih 30 m2, ternyata rasa air yang ada di Gua kristal ini adalah payau (ada sedikit asin).

Keragaman budaya dan keindahan alam kawasan Indonesia Timur sungguh anugerah Tuhan yang tak ternilai harganya. Sudah sepatutnya kita mensyukuri karunia-Nya dengan jalan memanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat dan menjaganya supaya tetap lestari. Mari berlibur ke tempat wisata di Kupang!

Catatan KAKI
  • Gua Kristal terdapat di daerah Bolok, tidak jauh dari pelabuhan Bolok dan Kantor Polisi Perairan Bolok;
  • Dari kota Kupang ke Gua Kristal, dapat ditempuh sekitar 45 menit perjalanan;
  • Waktu yang tepat ke Gua Kristal adalah dari pukul 09.00 WITA s.d. 14.00 WITA, disaat matahari cerah. Jangan datang terlalu pagi ataupun sore, karena Anda tidak bisa menyaksikan air berwarna biru dan gua akan semakin gelap;
  • Sebaiknya bawalah senter ataupun alat bantu penerangan lainnya;
  • Berhati-hatilah ketika turun ke kolam Gua Kristal;
  • Parkirkan kendaraan Anda di Kantor Polisi Perairan Bolok, untuk menjamin keamanan. Namun terlebih dahulu minta ijin ke petugasnya. 






Persiapan & Perlengkapan Wajib dalam Pendakian


Gunung adalah bagian alam yang mempunyai keindahan dan keunikan.di samping itu gunung juga mempunyai kedasyatan yang berbahaya. Pendaki tuntut untuk lebih mengetahui kondisi alam, hal ini akan menumbuhkan rasa cinta terhadap alam yang mendorong rasa keberanian untuk mengetahui keindahanya dengan jalan mendaki gunung

Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan pendakian adalah
1. rencana ekspedisi
2. pengumpulan data tentang gunung yang akan kita daki
3. pemahaman yang baik tentang peta, kompas dan navigasi
4. menetapkan manfaat dari pendakian tersebut
5. persiapan diri bagi pendaki

Adapun faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan suatu pendakian:
  • faktor internal, merupakan faktor dari diri si pendaki meliputi kesiapan fisik, mental pengetahuan, tehnik atau kererampilan dan peralata
  •  faktor eksternal,merupakan faktor diluar diri sipendaki meliputi badai, hujan, udara dingin dan kondisi alam lainya.
 Pendaki gunung terlebih dahulu hendaknya harus melengkapi diri dengan keterampilan seperti: membaca dan memahami peta,membaca kompas, teknik P3K dan perlengkapan yang memadai( logistik tenda,obat obatan dan pakaian).sebelum melakukan pendakian, pendaki harus memberi tahu dahulu kepada masyarakat setempat.dimana kita akan melewati jalur pendakian.

PERLENGKAPAN MENDAKI GUNUNG
1. Carrier atau tas Ransel
 Carrier atau tas Ransel  (frame pack, ukuran besar, 30 – 60 liter).One day pack (ransel/tas kecil untuk mobilitas jarak pendek).
Carrier berguna untuk meletakkan barang-barang yang akan kita bawa dalam pendakian, yang perlu kita ingat dalam penggunaan Carrier adalah kenyamanan dan fungsinya. Pertimbangan dalam memilih carrier adalah;
– Ringan. Sebaiknya memilih Carrier yang terbuat dari bahan water proof, bahan initidak menyerap banyak air disaat basah dan juga dapat melindungi isi nya.
– Kuat. Mampu membawa beban dengan aman,tidak mudah robek dan berdaya tahan tingi.
– Nyaman (comfort table) Carel yang mempunyai rangka, ini berguna agar berat beban merata dan seimbang keseluruh tubuh. Tali penyadang Carel harus kuat, agak lebar, empuk dan mudah distel.
Cara-cara mempacking ialah
– Tempatkanlah barang-barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkinkebadan. Barang barang yang relatif lebih ringan ditempatkan dibagian bawah.
– Kelompokan barang yang sering diperlukan dalam perjalanan dan ditempatkan pada bagian atas atau pada kantong kantong luar Cerel seperti: ponco,alat P3K,kamera dan lain lain.
– dan masukan kedalam kantong pelastik yang tidak tembus air terutama pakaian , buku dll
– sebisa mungkin carrier di lapisi matras agar bentuk sesuai dengan aslinya carrier dan untuk mempermudah pengepakan dan kenyamanan
2. Tenda(dilengkapi lembaran kain parasut)
 Mengenai tenda yang harus diperhatikan adalah tenda yang dapat menahan hujan dan
angin.seperti Tenda doom yang dilengkapi cover dan ruangan inti, Untuk mendirikan tanda usahakan di tempat yang datar mendekati mata air jauh dari pohon – pohon yang kering dan menghadap jalan .
3. Perlengkapan Masak dan Makanan
Alat – alat perlengkapan masak yang di bawa harus praktis dan efisien seperti Nasting, kompor gas tabung . kompor paraffin, kompor sepritus, Sedangkan makanan yang dibawa harus makanan yang ringkas dan mudah dimasak seperti ransum tentara, mie, sarden, kornet, susu kaleng dan makanan lain yang banyak mengandung hidrat arang atau makanan yang banyak menghasilkan energi seperti coklat, gula merah dan madu.
Jika di perkirakan ada rencana untuk berhenti lama di camp/shelter bisa juga membawa beras dan sayuran untuk menghilangi acara jenuh dengan memasak dan untuk kebutuhan kalori tubuh. Bawa juga piring plastic dan gelas atau cangkir yang terbuat dari plastik termasuk tempat minum selama perjalann (veples atau nalgene).tisu sebagai pembersih tempat makan atau memasak. Untuk menghemat pemakaian air.
4. Pakaian
Karena sering terjadi perubahan cuaca, maka sebaiknya menggunakan pakaian yang dapat menyerap keringat, jangan lupa membawa jaket atau sweter, sarung tangan, topi rimba atau sebo yang berwarna norak, gunanya seandainya tersesat akan mudah terlihat oleh TIM SAR. Bawa juga pakaian ganti.sesuaikan dengan lama perjalanan yang direncanakan
Dalam perjalanan mendaki gunung sebaiknya mengenakan pakaian yang mudah kering atau tidak terlalu menyerap air bila basah.
5. perlengkapan tidur
 Mengenai perlengkapan tidur sebaiknya menggunakan Sleeping Bag (kantong tidur), bahan yang bagus adalah dari jenis Down dan Duvet (terbuat dari bulu angsa) atau dari bahan parasut.yang berisi busa tipis atau dalamnya terbuat dari bahan polar. Balaklava,
6. Sepatu atau Sandal Gunung
 Gunanya untuk melindungi kaki kita dari batu tejam, kayu runcing, gigitan binatang serta duri – duri yang banyak kita temui selama perjalanan mendaki gunung tersebut.
Adapun syarat – syarat sepatu yang baik yaitu sepatu yang mempunyai kembang yang besar dengan ceruk yang dalam dan berpunggung yang tanggi, gunanya untuk memantapkan posisi kaki terhadap tebing yang curam dan bebatuan yang terjal.dan ketinggian sepatu menutupi mata kaki. Sebaiknya menggunakan sepatu atau sandal yang bahanya terbuat dari karet karena tidak mudah robek bila terkena duri atau batu yang cadas dan memakai sepatu atau sandal yang berukuran lebih besar untuk menghindari kelecetan pada kaki.
7. Jas Hujan atau Ponco
 Gunanya apabila keadaan atau cuaca disana tidak mendukung atau hujan kita bisa menggunakan jas hujan atau ponco tersebut untuk melindungi tubuh kita dari air hujan, sehingga kita tidak basah dan kedinginan.bawa juga Rain Coat yang berbentuk jaket
8. Lentera atau Senter
 Gunanya untuk penerangan, apabila kita melakukan pendakian pada malam hari dan untuk penerangan dalam tenda dimalam hari bawa juga batu baterai cadangan.bohlam cadanga serta lilin atau lampu kapal atau anti badai..
9. Peralatan P3K
 Peralatan ini sangat penting untuk mengatasi keadaan yang tidak diduga seperti terkena duri, sengatan binatang, digigit ular dan lain – lain.
Beberapa bahan atau peralatan P3K yang harus dibawa antara lain:
1. Betadine.
2. Kapas.
3. Kain kassa.
4. Perban.
5. Rivanol.
6. Alkohol 70%.
7. Obat alergi: CTM.
8. Obat maag.
9. Tensoplast (agak banyak)
10. Parasetamol.
11. Antalgin.
12. Obat sakit perut (diare): Norit, Diatab
13. Obat keracunan: Norit.
14. Sunburn preventif: Nivea atau Sunblock
15. Oralit (untuk mengganti cairan tubuh yang hilang; bisa diganti larutan gula-garam
16. Perlengkapan untuk MCK meliputi: Haduk,Sabun, Sikat gigi, Odol Dan lain – lain.
11. Survival Kit

 Perlengkapan ini digunakan pada keadaan darurat dan biasanya di tempatkan pada 1 wadah khusus dan sebisa mungkin ringkas dan selalu terbawa kemanapun dan dalam keadaan apapun selama kita di perjalanan.
1. Kaca cermin.
2. Peniti.
3. Jarum jahit.
4. Benang nilon.
5. Mata pancing dan senar pancing.
6. Silet atau cutter atau Knife kit(pisau Serbaguna)
7. Korek api dalam wadah water proof dan lilin
8. Peluit
 12. Perlengkapan lain adalah perlengkapan yang di sesuaikan dengan tujuan pendakian tersebut seperti:
1. Perlengkapan penelitian : kamera, buku – buku dan alat – alat tulis lainya.
2. Perlengkapan penyusuran sungai: perahu, dayung, pelampung dan lain – lain.
3. Perlengkapan pendakian tebing: tali karmantel, karbinel, chock, figure x dan lain- lain.
4. perlengkapan pengusir jenuh. Seperti radio kecil atau walkman
5. Golok Tebas, Teropong dan alat dokumentasi spt kamera
6. Kompas, Peta kontur gunung tang akan kita jadikan tujuan pendakian.atau GPS
  





Air Terjun Oenesu, Keindahan Alami di Sisi Timor


Walaupun tidak mempunyai pelangi indah yang melintang di tengah derasnya air terjun layaknya Air Terjun Niagara, Air Terjun Oenesu merupakan salah satu andalan pariwisata Kota Kupang yang wajib dikunjungi. Air terjun Oenesu selalu ramai dikunjungi oleh baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Terutama pada hari libur atau hari Minggu Obyek ini dikunjungi lebih dari 1000 pengunjung. Ada berkunjung untuk merayakan ulang tahun, beribadah atau melangsungkan berbagai kegiatan sambil menikmati keindahan panorama air terjun Oenesu, yang sesekali diselingi pekikan berbagai satwa liar yang ada dihutan sekitar air terjun.

Lokasi ini seluas 0,7 ha di Kecamatan Kupang Barat. Berjarak 17 km dari Ibu Kota Propinsi NTT yaitu Kota Kupang. Bagi pengunjung yang menyukai petualangan dapat menumpahkan hasratnya ditampat ini, pada lokasi ini cukup menantang baik melewati pegunungan sekitar air terjun atau pun menyusuri sungai kecil sekitar wilayah tersebut. Berbagai satwa yang dilindungi ada dalam lokasi ini sehingga para pengunjung dapat melakukan kegiatan yang disukainya secara bebas.

Saat masuk di obyek ini para pengunjung diharapkan membayar pas masuk Rp. 1500 untuk orang dewasa, Rp. 1000 untuk anak kecil. Kendaraan Roda 4 harus membayar Rp. 2000 dan Roda 2 membayar Rp1000. Biaya ini tentunya bermanfaat untuk menambah kocek PAD Kabupaten Kupang dan sekaligus juga dipakai untuk operasional pemeliharaan semua lopo, toilet dan fasilitas lain yang dalam kawasan ini. AIr terjun ini spesifikasi daya tariknya Air Terjun Oenesu memiliki 4 tingkat, tempat rekreasi, mandi, kemping dan menelusuri hutan wisata.

Bila kita ingin mengunjungi Oenesu dari Kota Kupang (Ibukota Propinsi NTT) maka kita harus menelusuri perjalanan sejauh 17 km, dengan jalan yang aspal yang cukup mulus, hanya beberapa kilometer yang pada cabang masuk air terjun yang jalannya sedikit rusak namun demikian masih dapat dijangkau dengan transportasi umum dan kendaraan pribadi. Pada musim hujan sekalipun obyek ini masih tetap dapat dijangkau dengan mudah, karena jalannya tidak berlumpur atau becek. Semua kendaraan dapat langsung berhenti persis disamping lokasi air terjun.

Obyek ini telah dibenahi dengan sarana : Lopo, Rumah Makan, MCK, Jalan Setapak dan tempat parkir. Terkadang juga pada hari libur kita dapat menikmati hidangan bakso panas, rujak dan berbagai jenis makanan lainnya yang dijajakan oleh para penjual yang juga datang menggunakan kendaraan bermotor.

Debit air di Air Terjun Oenesu selalu melimpah walaupun di musin kemarau panjang. Apabila di musim penghujan, jumlahnya tentu akan lebih banyak yang mengakibatkan suara jatuhan air terjun akan semakin keras. Jadi, jika ingin menghilangkan kepenatan dan refreshing, mampirlah ke Air Terjun Oenesu, berteriaklah sekuatnya, dan suara galau ataupun “tekanan” -pekerjaan atau apapun- akan hilang terkalahkan oleh suara derasnya Air Terjun Oenesu. Ingin berenang? Pastikan anda memiliki skill berenang yang bagus. Air Terjun Oenesu menyediakan “papan loncat” alami yang berupa undak-undakan, mulai dari yang tertinggi sampai pada yang terendah, untuk memuaskan hasrat melompat dari ketinggian, dan BYURR!! Mungkin disinilah letak kepuasan dari si penerjun bebas, karena berhasil mengalahkan “fear factor”nya. Untuk yang tidak bisa berenang duduk-duduk di pinggir air terjun sambil memasukan kaki ke kolam sudah cukup untuk membuat pikiran segar kembali.  Untuk dapat melihat air terjun dari dekat, pihak pengelola telah membuat tangga turun sehingga anak kecilpun dapat langsung melihat keindahan panorama air terjun dari dekat. pengunjung juga dapat mandi sambil menikmati jatuh serpihan air terjun yang menyentuh tubuh.

Naik Gunung dan Pembentukan Karakter

Banyak orang menganggap mendaki gunung adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang tertentu saja dan efeknya pun bersifat subjektif. Bahasa kasarnya, mendaki gunung adalah kegiatan bagi orang-orang yang “ kurang kerjaan “. Begitu skeptisnya pandangan banyak orang sehingga pendakian gunung sering dipandang kegiatan bagi sebuah komunitas saja.
Banyak yang bertanya “apa sih manfaatnya? Atau banyak yang bilang “ ah..Mereka Cuma cari sensasi “. Selain faktor keselamatan dimana pendakian gunung adalah sebuah kegiatan yang beresiko keselamatan jiwa sehingga banyak orang tua yang “belum mendukung” kegiatan putera-puterinya.
Tapi kegiatan pendakian gunung sejatinya adalah kegiatan yang sangat positif. Tentunya jika dilakukan dengan benar dan tepat. Berikut kita akan membahas pembentukan karakter melalui pendakian gunung yang mungkin pernah kita rasakan akan tetapi belum diresapi.
Salah satu efek dari orang mendaki gunung adalah menyehatkan. Sehat Fisik, Sehat mental ,sehat spiritual, dan membentuk nasionaslime yang sehat pula. Soe Hok Gie salah satu aktivis remaja Indonesia yang banyak menghabiskan waktunya diatas gunung mengakui bahwa pemuda yang sehat akan dapat berguna bagi bangsanya karena didalam tubuhnya terpancang nasionalisme yang sehat. Proses penyehatan ini tidak dapat dilakukan dengan hanya dengan slogan, hipokrasi atau dewasa ini melalui kesenangan-kesenangan semu.
Pernah nggak agan sekalian jika mendaki gunung merasakan setiap sifat asli kita muncul ke permukaan tanpa disadari. Di tengah beratnya beban yang di panggul, di tengah lelahnya tubuh, maka akan muncul sikap Egois, putus asa, apatis, mau menang sendiri,manja,mengeluh,menyesal..semuanya jadi satu. Disinilah letak pembentukan karakter tersebut. Setelah menyadari karakter itu muncul ke permukaan maka yang kita lakukan adalah mengendalikannya. Ya , mau tak mau di atas gunung kita harus mengendalikannya. Contohnya jika kita memiliki sikap apatis atau egois.Kita sadar dalam perjalanan di atas gunung yang terpenting adalah kerjasama tim. Mungkin sekilo, dua kilo meter semuanya masih bisa jalan bersama, akan tetapi untuk kilo kilo berikutnya maka banyak team yang sudah terpencar. Ada yang anggota tim yang lemah dan ada yang kuat. Sering terjadi bencana kecelakaan dan tersesat adalah disaat tim terpisah-pisah dan terpencar. Nah disini “keapatisan” kita di uji. Jika kita berada di posisi yang kuat maka kita akan terganggu dengan gerak rekan kita yang lemah, kita akan merasa gerak rekan kita itu hanya mengahambat, merepotkan, maka kita akan mengambil sikap untuk meninggalkannya. Atau jika kita kita berada diposisi yang lemah, maka kita akan manja, menonjolakan kelemahan kita, dan tidak mau mengimbangi gerak tim. Disinilah semua di uji.


Sejarah & mengenal Rock

A.    SEJARAH PANJAT TEBING
 Aktivitas panjat tebing sudah dikenal masyarakat sejak lama bahkan masyarakat tradisional, mereka melakukan pemanjatan guna mencari sumber kehidupan ataupun perlindungan, khususnya didaerah pantai dan kawasan karst untuk mencari sarang  burung atau sumber mata air. Tetapi mereka tidak memakai system dan prosedur yang baku seperti dalam olahraga panjat tebing sehingga faktor keamanan dan tingkat resiko yang dihadapi sangatlah tinggi.
Panjat tebing pertama kali dikenal di kawasan benua Eropa tepatnya di kawasan pegunungan Alpen sebelum perang Dunia I. Pada awal tahun 1910 dinegara Austria mulai diperkenalkan penggunaan peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang dalam kegiatan panjat tebing seperti carabiner (cincin kait) dan piton (paku tebing) yang pada saat itu masih terbuat dari besi baja. Dan berawal dari situlah para pendaki dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan peralatan dan teknik olah raga ini. Seiring waktu yang terus berjalan peralatan olah raga ini banyak mengalami inovasi, terutama pada bahan pembuatannya, uji kekuatan gaya tariknya, kepraktisan penggunaan alat serta prosedur keamanan alat yang telah distandartkan.
Di Indonesia olahraga panjat tebing sendiri telah terbentuk sejak tahun 1988 yang memiliki organisasi yang pada saat itu bernama FPGTI (Federasi Panjat Gunung Dan Panjat Tebing Indonesia) yang kemudian berganti nama dengan FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) sampai sekarang ini.
B.      DEFINISI
 Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya.
Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45o  dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Pada dasarnya olah raga panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan kelenturan, kekuatan / daya tahan tubuh, kecerdikan, kerja sama team serta ketrampilan dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri.
Dalam menambah ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan / celah yang terdapat ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien untuk mencapai puncak pemanjatan Pada awalnya panjat tebing merupakan olah raga yang bersifat petualangan murni dan sedikit sekali memiliki peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olah raga itu sendiri dari waktu kewaktu telah ada bentuk dan standart baku dalam aktifitas dalam panjat tebing yang diikuti oleh penggiat panjat tebing. Banyaknya tuntutan tentang perkembangan olah raga ini memberi alternatif yang lain dari unsur petualangan itu sendiri. Dengan lebih mengedepankan unsur olah raga murni (sport)
C.     SISTEM PEMANJATAN

System pemanjatan dibagi menjadi dua :

* Himalayan system
Pemanjatan system Himalayan ini adalah pemanjatan yang dilakukan dengan cara terhubungnya antara titik start (ground) dengan pitch / terminal terakhir pemanjatan, hubungan antara titik start dengan pitch adalah menggunakan tali transport, dimana tali tersebut adalah berfungsi supaya hubungan antara team pemanjat dengan team yang dibawah dapat terus berlangsung tali transport ini berfungsi juga sebagai lintasan pergantian team pemanjat juga sebagai jlur suplai peralatan ataupun yang lainnya

* Alpen system
Lain halnya dengan system diatas, jadi antara titik start dengan pitch terakhir sama sekali tidak terhubung dengan tali transpot, sehingga jalur pemanjatan adalah sebagai jalur perjalanan yang tidak akan dilewati kembali oleh team yang dibawah. Maka pemanjatan dengan system ini benar-benar harus matang perencanaanya karena semua kebutuhan yang mendukung dalam pemanjatan tersubut harus dibawa pada saat itu juga.

Dilihat dari bentuk penggunaan peralatan panjat tebing terbagi menjadi 2 kelompok besar :
* Artificial climbing :
 Merupakan pemanjatan yang mana didalam pergerakannya sepenuhnya didukung oleh alat dan pemanjat tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan alat tersebut. Peralatan selain sebagai pengaman juga sebagai tumpuan untuk menambah ketinggian dalam melakukan pemanjatan tersebut. Perlu diingat bahwasannya untuk dapat bergerak cepat dan aman dalam melakukan pemanjatan bukan disebabkan karena adanya peralatan yang super modern melainkan lebih diutamakan pada penggunaan teknik yang baik.
* Free climbing :
Adalah pemenajatn yang mengunakan alat hanya semata-mata untuk menambah ketinggian dan alat berfungsi sebagai pengaman saja tetapi tidak mempengaruhi  gerak dari pemanjat. Walaupun dalam pemanjatan tipe ini pemanjat diamankan oleh seorang belayer namun pengaman yang baik adalah diri sendiri.
Sednangkan untuk pengembangan dari jenis pemanjatan free climbing itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu :
- Top rope : pemanjatan dimana tali pemanjatan sudah terpasang sebelumnya
- Solo : pemanjatan yang dilakukan seorang diri dengan merangkap fungsi sebagai Leade, Cleaner dan Belayer.
Sedangkan solo sendiri juga dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a.   Solo artificial climbing
b.   Solo free clim

D.    TEKNIK DASAR PANJAT TEBING
Seorang pemanjat harus bisa memahami tebing yang akan dipanjat, bagaimana kontur tebing tersebut, apa saja peralatan yang nantinya akan dipergunakan, dan kalau bisa tahu secara detail bagaimana bentuk pegangan dan celah-celah yang ada pada tebing tersebut  yang paling utama pemanjat harus  bisa menentukan jalur pemanjatan, cara pemasangan dan penggunaan peralatan yang benar, hal itu akan menjadi safety standart prosedur dalam pemanjatan sehingga menjadi support tambahan bagi kesuksesan dalam melakukan pemanjatan. Teknik pemanjatan dikelompokkan sesuai bagian dengan tebing yang dimanfaatkan untuk memperoleh gaya tumpuan dan pegangan, yaitu :

a.   Face Climbing
Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan
b.   Friction / Slab Climbing
Teknik ini hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu
c.   Fissure Climbing
 Teknik ini memanfaatkan celah yang digunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak

Dengan cara demikian dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut ;
a.   Jamming
Teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu lebar. Jari-jari tangan, kaki atau tangan dapat dimasukkan / diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak
b.   Chimneying
Teknik memanjat celah vertical yang cukup besar. Badan masuk diantara celah dan punggung menempel disalah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke sisi tebing belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula dan membantu mendorong serta membantu menahan berat badan.
c.   Bridging
Teknik memanjat pada celah vertikal yang lebih besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang kaki sebagai tumpuan dibantu juga tangan sebagai penjaga keseimbangan.
d.   Lay back
Teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menempatkan kedua kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik silih berganti.
e.   Hand traverse
Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat vertukal sudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih rata.
f.   Mantelself
Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi namun cukup besar untuk diandalkan untuk tempat brdiri selanjutnya. Kedua tangan dgunakan untuk menarik berat badan dibantu dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan untuk mengngkat berat badan yang dibantu dengan dorongan kaki.
Sebagaimana panjat tebing ialah memanfaatkan cacat batuan untuk menambah ketinggian sehingga seorang pemanjat dituntut berani, teliti dan terampil juga dalam kemampuan berfikir yang tepat dalam bertindak dengan keadaan yang terbatas untuk membuat keputusan menyiasati dan memecahkan permasalahan yang dihadapi secara tepat, cepat dan aman.

E.      PROSEDUR PEMANJATAN

Tahapan-tahapan dalam pemanjatan hendaknya dimulai dari langkah-langkh sebagai berikut :
a.   mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dicapai.
b.   Menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan
c.   Untuk Leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas dari Leader sendiri adalah membuat lintasan yang akan dilaluinya dan pemanjat berikutnya.
d.   Untuk Belayer, memasang ancor dan merapikan alat-alat. Tugasnya adalah membantu Leader baik dengan aba-aba maupun dengan tali yang dipakai Leader, Belayer juga bertugas mengamankan Belayer dari resiko jatuh atau yang lainnya, dengan langkah awal yaitu meneliti penganman yang dipakai Leader.
e.   Bila belayer dan Leader telah siap melakukan pemanjatan, segera memberi aba-aba pemanjatan
f.   Bila Leader sampai ketinggian 1 pitch (tali habis) ian harus memasang ancor.
g.   Leader yang sudah memasang ancor diatas, selanjutnya berfungsi sebagai Belayer untuk mengamankan pemenjat berikutnya.

F.     PERALATAN PANJAT TEBING
Adapun jenis-jenis peralatan yang biasa digunakan untuk panjat tebing adalah :
- Tali (Karn Mantel)
- Webbing
- Carabiner screw dan non screw
- Piton (pasak tebing)
- Ascender (alat untuk naik pada tali)
- Descender (alat untuk turun pada tali)
- Eterier (tangga tali)
- Chock friend
- Harness
- Hamer
- Hand drill
- Magnesium
- Sepatu dan helm
- Chock stopper
- Chock hexentrix
- dll

VII.   SIMPUL-SIMPUL

Simpul-simpul dasar yang biasa digunakan pada panjat tebing adalah sebagai berikut :
- Simpul delapan (figure of eight knot)
- Simpul delapan ganda (double lub figure of eight knot)
- Simpul nelayan (fisherman knot)
- Simpul perusik
- Simpul pangkal (eliver hitch)
- Simpul pita
- Simpul bowline
- Simpul jangkar
- Simpul belay (Italian hitch)
- Simpul kupu-kupu
- dll

Teknik Telusur Gua (Caving)


 1. Definisi Telusur Gua
Kegiatan di alam bebas semakin berkembang. Mendaki gunung sudah sangat dikenal, meniti tebing terjal, bahkan menginjak puncak gunung es atau salju kini bukan lagi merupakan suatu impian. Ada satu kegiatan lain di alam bebas yang mulai berkembang, yaitu Telusur Gua.
Jika bentuk kegiatan di alam bebas kebanyakan dilakukan di alam terbuka, tidak demikian halnya dengan telusur gua ; kegiatan ini justru dilakukan di dalam tanah.
Telusur Gua atau Caving berasal dari kata cave, artinya gua. Menurut Mc Clurg, cave atau gua bearti “ruang alamiah di dalam bumi”, yang biasanya terdiri dari ruangan-ruangan dan lorong-lorong.
Aktivitas Caving diterjemahkan sebagai ‘aktivitas penelusuran gua’. Setiap aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru keadaan seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan untuk seorang penelusur gua. Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman tersendiri. Perasaan ingin tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas karena gelap total. Ada apa dalam kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah kehidupan di sana ? Pertanyaan lebih jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk ? Pertanyaan yang kemudian timbul, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang gua dan aspeknya, termasuk misteri yang dikandungnya. Maka dikenal istilah “speleologi”. Ruang lingkup ilmu pengetahuan ini tidak hanya keadaan fisik alamaiahnya saja, tetapi juga potensinya; meliputi segi terbentuknya gua, bahan tambang, tata lingkungan, geologi gua, dan segi-segi alamiah lainnya.
Kalau sebagian orang merasa enggan untuk mendekati “lubang gelap mengangga”, maka para penelusur gua justru masuk kedalamnya, sampai berkilo-kilometer jauhnya. Lubang sekecil apapun tak luput dari perhatiannya, jika perlu akan ditelusuri sampai tempat yang paling dalam sekalipun.
Mc. Clurg mencatat, setiap penelusuran gua tidak menginginkan lorong yang ditelusurinya berakhir, mereka mengharapkan di setiap kelokan di dalam gua dijumpai lorong-lorong yang panjangnya tidak pernah disaksikan oleh siapapun sebelumnya. Sehingga apabila orang bertanya, “ Mengapa mereka memasuki gua ?”, barangkali catatan Norman Edwin adalah jawabannya, “ Adalah suatu kepuasan bagi seorang penelusur gua bila lampu yang dibawanya merupakan sinar pertama yang mengungkapkan sebuah pemandangan yang menakjubkan di bawah tanah”.
2. Sejarah Penelusuran Gua
Sejarah penelusuran gua dimulai di Eropa sejak 200 tahun lalu. Eksplorasi pertama tercatat dalam sejarah adalah tanggal 15 Juli 1780, ketika Louis Marsalliers menuruni gua vertikal Fairies di Languedoc, Perancis. Kemudian pada tanggal 27 Juni 1888, seorang ahli hukum dari Paris bernama Eduard Alfred Martel mengikuti jejak Marssalliers. Penelusurannya kali ini direncanakan lebih matang dengan menggunakan peralatan lengkap seperti katrol, tangga gantung, dan perahu kanvas yang pada waktu itu baru diperkenalkan oleh orang-orang Amerika. Bahkan telephone yang baru diperkenalkan digunakan untuk komunikasi di dalam tanah. Usaha Martel ini dianggap sebagai revolusi di bidang penelusuran gua, sehingga ia disebut sebagai “Bapak Speleologi Modern”.
Prestasi Martel juga dalam hal memetakan gua yang merupakan kewajiban seorang penelusur gua ketika ia melakukan eksplorasi gua ketika ia melakukan eksplorasi gua. Antara tahun 1888-1913, Martel telah banyak memetakan gua dalam setiap penelusurannya, ini digunakan untuk kepentingan ilmiah, dan untuk merekam kedalaman serta panjang gua-gua tersebut.
Ketika Perang Dunia II selesai, kegiatan penelusuran gua memunculkan kembali dua orang tokoh ; Robert de Jolly dan Norman Casteret. De Jolly merupakan pembaharu di bidang peralatan peralatan penelusuran gua, seperti tangga gantung dari aluminium dan perahu kanvas yang lebih sempurna. Penemuan ini mejadi standar bagi para penelusur gua sampai 50 tahun kemudian. Sedangkan Casteret menjadi pioneer di bidang “cave diving”. Usahanya ini dilakukan pada tahun 1922, ketika Casteret pertama kali menyelami lorong-lorong yang penuh air di gua Montespan tanpa bantuan peralatan apapun. Karangan-karangan Casteret antara lain “My Cave” dan “Ten Years Under Ground”, yang kemudian menjadi buku pegangan bagi para penggemar cave diving dan ahli speleologi.
Kebanyakan penelusur gua memulai kegiatannya sebagai pemanjat tebing, karena memang kegiatan yang dilakukan hampir serupa. Para pemanjat tebing pula yang memberi inspirasi bagi perkembangan penelusuran gua. French Alpine Club, sebuah perkumpulan pendaki gunung ternama di Eropa telah mengadakan ekspedisi bawah tanah, dan untuk pertama kalinya menggunakan tali sebagai pengganti tangga gantung. Kelompok ini pula yang mencipatakan rekor penurunan gua vertikal sedalam 608m.
Sejarah penelusuran gua sejalan dengan sejarah penelitian gua (speleologi), kedua kegiatan ini tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Eduard Martel, Robert de Jolly, Norman Casteret dan banyak lagi penelusur gua di seluruh dunia.

II. TERJADINYA GUA DAN JENISNYA
Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan. Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi.
Proses terbentuknya gua
Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai permukaan yang halus dan licin.
Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah permukaan. Tetapi sering kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di dalam air, misalnya kuarsa dan mineral ‘lempung’. Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara lain berupa stalagtit dan stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai ornamen gua lainnya yang menarik untuk dilihat.
Air cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya sebuah celah tempat masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa rongga yang besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga yang terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang mudah menyusup ke dalam celah yang kecil dan sempit sekalipun.
Ukuran besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah permukaan tidak menentu. Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek geologis lainnya.

Proses pembentukan stalaktit
Selain jenis lava dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis batu pasir juga kadang-kadang memungkinkan terjadinya gua, demikian pula batuan yang membentuk lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini, biasanya mengakibatkan terjadinya gua yang tidak begitu dalam. Tenaga yang mempengaruhinya adalah tenaga mekanis berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua yang terjadi di sini disebut gua laut.
Di dalam proses pembentukan lorong ada banyak sekali kemungkinan bentuk, termasuk juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau speleothem, beberapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi nama; diantaranya;

III. ETIKA DALAM PENELUSURAN GUA
Penelusuran gua merupakan kegiatan kelompok, karenanya dalam setiap penelusuran tidak dibenarkan seorang diri. Jumlah minimal untuk sebuah eksplorasi gua adalah 4 orang. Hal ini didasarkan atas pertimbangan, jika terjadi kecelakaan pada salah seorang anggota kelompok, satu orang dibutuhkan untuk menjaganya, sedangkan dua lainnya mempersiapkan pertolongan (rescue), atau kalau tidak mungkin, cari pertolongan kepada penduduk.
Sebelum memasuki gua, hal yang harus dilakukan adalah meninggalkan pesan kepada orang lain tentang : tujuan gua yang akan dimasuki, jumlah penelusur, lama kegiatan, bagian gua yang akan dimasuki, dan lain-lain. Kemudian tinggalkan seorang pengamat di luar gua. Orang ini akan sangat berguna untuk memberi peringatan, jika terjadi sesuatu di luar gua, misalnya hujan lebat yang dapat mengakibatkan banjir dalam gua. Kalau tidak mungkin, pelajarilah keadaan cuaca terakhir di daerah tersebut, juga disiplin waktu yang disepakati.
Hal lain yang harus diperhatikan, yaitu membawa makanan dan minuman. Paling penting kondisi badan harus selalu fit di saat melakukan penelusuran gua. Sikap yang baik, menyadari kemampuan diri sendiri dan tidak memaksakan diri untuk menelusuri gua, jika kondisi atau kemampuan tidak memungkinkan.
Satu hal yang harus diresapi dan disadari oleh setiap penelusur gua yaitu masalah “konservasi”. Jangan mengambil apapun, jangan meninggalkan apapun dan jangan bunuh apapun. Setiap buangan yang ditinggalkan akan merusak lingkungan biologis gua yang sangat rapuh, misalnya sampah karbit. Bawalah semua sampah-sampah ke luar gua dan buang ke tempat pembuangan sampah. Setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh penelusur adalah tindakan tercela, karena untuk merusakkan benda-benda dalam gua misalnya stalagmit dan stalagtit hanya butuh beberapa detik saja, sedangkan proses pembentukan benda-benda tersebut membutuhkan waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
Jika prinsip-prinsip di atas disadari dan dilaksanakan oleh penelusur gua, maka semboyan: take nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing but time, terasa semakin berarti.

IV. TEKNIK DALAM PENELUSURAN GUA
IV.1. Penelusuran Gua Horisontal
Pada dasarnya setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam kondisi tubuh fit . Malah dalam sebuah buku teks disebutkan , apabila badan terasa kurang fit, sebaiknya perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika penelusuran gua). Hal ini disebabkan karena udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit kotoran burung dan kelelawar, ditambah kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali dalam kondisi demikian seorang penelusur gua terserang penyakit paru-paru, beberapa pioneer penelusur gua menghentikan kegiatan eksplorasinya karena terserang penyakit ini.
Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit banyak harus harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki badan relatif kecil meskipun belum tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.
Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk, merangkak, merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang. Dengkul dan ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver.
Peralatan pribadi untuk gua horisontal
1.Helm
2.Caving       sling
3.Coverall
4. Caving pack sack


Peralatan tim untuk gua horisontal
1.Perahu       karet
2.Tali
3.Kamera
4.Kompas
5. Topofil
IV.2 Penelusuran Gua Vertikal
Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran gua vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope Technique (SRT).
SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan beban ketika menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.
IV.2.1 Peralatan Penelusuran Gua Vertikal
Disini hanya akan dibahas mengenai peralatan yang digunakan untuk keperluan SRT, dan sedikit alternatifnya.
A. Peralatan Pribadi
Perlengkapan/peralatan yang disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan yang harus melekat pada seorang penelusur gua pada saat melakukan penelusuran gua vertikal. Secara garis besar peralatan yang harus dikenakan pribadi dibagi menjadi 3, yaitu alat untuk naik, alat untuk turun dan peralatan penunjang.
Peralatan   Naik (ascender)
Ada beberapa jenis peralatan yang dapat dikategorikan dalam ascender, yang memiliki keistimewaan apabila terbeban akan semakin mengunci ke tali.

SEKILAS TENTANG SOE HOEK GIE


 “Gila! Umur 14 tahun dia sudah baca bukunya Gandhi, Tagore ( Rabindranath Tagore, filsuf India ). Saya mungkin perlu waktu 10 tahun untuk bisa mengejar, puji Nicholas Saputra tentang Gie. “Saya sering mendapatinya asyik membaca di bangku panjang dekat dapur, kenang kakaknya, sosiolog Arief Budiman yang kini menetap di Australia. Kakak perempuannya Dien Pranata punya kenangan berbeda. Ketika anak - anak sebayanya asyik mengejar layangan, Gie malah nongkrong di atap genting rumah. “Matanya menerawang jauh, seperti mencoba menyelami buku - buku yang dibacanya. Selain membaca, Gie juga suka menulis buku harian. Sejak usia 15 tahun, setiap hari, ia menulis apa saja yang dialaminya. Catatan harian pertamanya bertanggal 4 Maret 1957, ketika ia masih duduk di kelas 2 SMP Stada. Catatan terakhir bertanggal 10 Desember 1969, hanya seminggu sebelum kematiannya.

BERANI MENGKRITIK
 Di zaman Gie, kampus menjadi ajang pertarungan kaum intelektual yang menentang atau mendukung pemerintahan Bung Karno. Sepanjang 1966-1969 Gie berperan aktif dalam berbagai demonstrasi. Uniknya ia tak pernah menjadi anggota KAMI, organisasi yang menjadi lokomotif politik angkatan 66. Gie lebih banyak berjuang lewat tulisan. Kritiknya pada Orde Lama dan Presiden Soekarno digelar terbuka lewat diskusi maupun tulisan di media masa. Ketika pemerintahan Soekarno ditumbangkan gerakan mahasiswa Angkatan 66, Gie memilih menyepi ke puncak - puncak gunung ketimbang menjadi anggota DPR-GR.
Sebagai anak muda, walaupun suka mengkritik dan doyan menyendiri, Gie ternyata sangat
“gaul. “Penampilannya, biasa aja. Tapi kenalannya orang berpangkat dan nama-nama beken. Saya tahu, karena sering ikut dia. Misalnya saat ambil honor tulisan di Kompas atau Sinar Harapan. Nggak terbayang dia bisa kenalan dengan penyair Taufik Ismail dan Goenawan Mohamad! , kata Badil      .

TEWAS DI PUNCAK SEMERU
 “Saya selalu ingat kematian. Saya ingin ngobrol - ngobrol, pamit, sebelum ke Semeru, begitu penggalan catatan harian Gie, Senin, 8 Desember 1969. Seminggu setelah itu, ia bersama Anton Wiyana, A. Rahman, Freddy Lasut, Idhan Lubis, Herman Lantang, Rudy Badil, Aristides Katoppo berangkat ke Gunung Semeru. Siapa mengira, itulah terakhir kalinya mereka mendaki bersama Gie. Tanggal 16 Desember 1969, sehari sebelum ulangtahunnya ke 27 Gie dan Idhan Lubis tewas saat turun dari puncak karena menghirup uap beracun. Herman Lantang yang berada di dekat Gie saat kejadian melihat Gie dan Idhan kejang - kejang, berteriak dan mengamuk. Herman sempat mencoba menolong dengan napas buatan, tapi gagal. Musibah kematian Gie di puncak Semeru sempat membuat teman-temannya bingung mencari alat transportasi untuk membawa jenazah Gie ke Jakarta. Tiba - tiba sebuah pesawat Antonov milik AURI mendarat di Malang. Pesawat itu sedang berpatroli rutin di Laut Selatan Jawa, Begitu mendengar kabar kematian Gie, Menteri Perhubungan saat itu Frans Seda memerintahkan pesawat berbelok ke Malang. “Saat jenasah masuk ke pesawat, seluruh awak kabin memberi penghormatan militer. Mereka kenal Gie!, kata Badil.
Jenasah Gie semula dimakamkan di Menteng Pulo. Namun pada 24 Desember 1969, dia dipindahkan ke Pekuburan Kober Tanah Abang agar dekat dengan kediaman ibunya. Dua tahun kemudian, kuburannya kena gusur proyek pembangunan prasasti. Keluarga dan teman - temannya, memutuskan menumbuk sisa - sisa tulang belulang Gie. “Serbuknya kami tebar di antara bunga - bunga Edelweiss di Lembah Mandalawangi di Puncak Pangrango. Di tempat itu Gie biasa merenung seperti patung.