Minggu, 09 Maret 2014

Gua Liang Bua


Gua Liang Bua adalah salah satu situs arkeologi penting dunia. Di situs inilah ditemukan fosil Homo Floresiensis atau Manusia Flores. Tinggi badan manusia Flores sekitar 100 cm dan beratnya hanya 25 kg. Tengkorak manusia kerdil ini ditemukan seukuran buah jeruk dan diperkirakan hidup 13.000 tahun lalu. Mereka hidup bersama-sama dengan gajah-gajah pigmi dan kadal-kadal raksasa seperti komodo.

Gua Liang Boa terletak di Pulau Flores, tepatnya di Dusun Rampasasa, Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Goa Liang Bua diperkirakan mulai terbentuk sekitar 190.000 tahun yang lalu. Hal ini didapat dari uji laboratorium terhadap sampel sedimen di pojok selatan goa. Diperkirakan goa ini terbentuk dari arus sungai yang membawa bebatuan menembus gundukan bukit. Setelah melalui proses panjang, bebatuan itu menjadi batuan sedimentasi. Kini lubang sejuk sepanjang 50 meter, lebar 40 meter, dan tinggi 25 meter ini terkenal hingga ke seluruh dunia, wisata mancanegara pun banyak yang penasaran dengannya.
Akses ke Kawasan ini yaitu dari kota Kupang Ibukota provinsi NTT, naik pesawat dengan waktu tempuh satu setengah jam ke kota Ende di Pulau Flores. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ruteng dengan angkutan umum berupa minibus selama sekitar empat jam. dilanjutkan  menuju Rampasasa, berjarak 13 km, dapat ditempuh dengan angkutan umum. Di wilayah Rampasasa, dapat menemukan losmen dan rumah makan


Air Terjun Matayangu


  Bosan dengan tempat wisata yang itu-itu saja? Air Terjun Matayangu mencoba untuk memberikan suasana yang berbeda. Air terjun ini berada di Desa Waimanu, Kecamatan Katikutana, Nusa Tenggara Timur. Air terjun ini masih sangat asri dan jarang dieksplor oleh manusia.
Masyarakat sekitar yang juga sangat memelihara alam sebagaimana adanya sehingga memberikan daya tarik natural yang sangat memesona dengan gemuruh air terjun bagaikan mutiara putih yang berkilau diterpa matahari siang. Kicauan burung-burung dan dedaunan yang ditiup angin akan membuat Anda merasa nyaman dan betah untuk menikmati suasana air terjun sambil berenang di kolam dengan hempasan air dari puncak tebing.
Suasana hutan musim semi dan tebing-tebing yang terjal dapat Anda saksikan jika Anda berkunjung ke objek wisata ini. Wajar saja, Air Terjun Matayangu terletak di dalam Taman Nasional Manupeu. Jika beruntung, Anda akan melihat berbagai kupu-kupu yang indah. Sebab, di taman nasional ini memang terdapat 57 jenis kupu-kupu termasuk tujuh endemik Pulau Sumba, yaitu Papilio Neumoegenii, Ideopsis Oberthurii, Delias Fasciata, Junonia Adulatrix,Athyma Karita, Sumalia Chilo, dan Elimnia Amoena.
Kurang puas dengan air terjunnya, Anda juga bisa berjalan-jalan mengelilingi taman nasional seluass 88.000 hektar ini. Terlalu luasnya, mungkin Anda tidak akan bisa menyaksikan seluruh keindahan taman nasional beserta air terjunnya dalam waktu satu hari.
Waktu terbaik yang disarankan untuk mengunjungi taman nasional ini adalah bulan Maret sampai Juni dan Oktober sampai Desember. Sebab, di bulan itu lah air terjun akan memuntahkan air dengan debit yang maksimal. Untuk mencapai taman nasional ini, Anda bisa melalui rute yang biasa digunakan oleh para wisatawan. Perjalanan di awali dengan menggunakan pesawat terbang dari Kupang menuju Waingapu sekitar 1 jam. Lalu, dari Waingapu menuju ke Waikabubak dengan kendaraan roda empat selama sekitar 2 jam.
Keramahan dan kehangatan warga sekitar dan keindahan alam serta ekosistem di dalamnya sangat menarik untuk dikunjungi. Tunggu apa lagi? Jadikan Air Terjun Matayangu di agenda liburan Anda!